Angkatan Udara Amerika Serikat mulai menguji coba drone tempur canggih yang dirancang untuk mendampingi jet-jet tempur seperti F-35 dan jet generasi keenam yang akan datang, F-47. Uji coba ini merupakan bagian dari program Collaborative Combat Aircraft (CCA) yang menggabungkan kecanggihan teknologi otonom dengan kekuatan udara berawak.
Saat ini, pengujian masih dilakukan di darat menggunakan dua unit uji coba, yaitu YFQ-42A buatan General Atomics dan YFQ-44A dari Anduril Industries. Keduanya akan menjalani serangkaian tes untuk memastikan sistem mesin, avionik, kecerdasan buatan, dan sistem kontrolnya benar-benar siap tempur.
Drone Tempur yang Disiapkan Jadi Pendamping Jet Canggih
Menurut Kepala Staf Angkatan Udara AS, Jenderal David W. Allvin, dimulainya uji coba darat ini adalah langkah penting menuju penerbangan pertama. Dalam unggahan di media sosial, ia menyebut bahwa drone ini akan menjadi "hebat".
“Fase ini jadi jembatan antara desain dan penerbangan. Kami ingin mengurangi risiko sejak awal dan memastikan semuanya siap sebelum mengudara,” katanya.
Program CCA ini adalah bagian dari upaya modernisasi militer AS, yang ingin menggabungkan pesawat berawak dan tak berawak dalam satu tim. Targetnya, drone-drone ini bisa melakukan berbagai misi seperti serangan udara, pengintaian, perang elektronik, hingga misi pengelabuan.
Bisa Jalankan Banyak Misi Tanpa Banyak Awak
Nantinya, drone CCA ini akan ditempatkan di Pangkalan Angkatan Udara Beale di California. Karena sifatnya yang semi-otonom, mereka tidak butuh banyak awak dan tidak harus terbang setiap hari. Ini membuat operasionalnya lebih hemat dan fleksibel dibandingkan pesawat tempur biasa.
Drone ini juga dirancang dengan sistem modular dan teknologi komersial yang mudah ditingkatkan. Dengan begitu, drone bisa lebih cepat beradaptasi dengan ancaman terbaru.
Disiapkan untuk Produksi Massal Mulai 2026
Keputusan produksi massal untuk tahap awal (Increment 1) ditargetkan pada tahun 2026, sementara tahap selanjutnya (Increment 2) akan memperluas kemampuan dan membawa teknologi baru.
“Kecepatan inovasi harus lebih cepat dari kecepatan ancaman,” tegas Allvin. “CCA adalah cara kami untuk tetap unggul.”
Diproyeksikan, Angkatan Udara AS akan memiliki sekitar 1.000 drone tempur jenis ini. Di tengah mahal dan terbatasnya pesawat berawak, drone cerdas seperti ini akan jadi ujung tombak baru untuk menjaga dominasi udara Amerika di masa depan.