![]() |
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (AP/Jose Luis Magana) |
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menegaskan bahwa pemerintahannya siap memberlakukan tarif balasan terhadap negara-negara yang gagal mencapai kesepakatan dagang dengan AS. Pernyataan ini memunculkan kekhawatiran akan kembalinya ketegangan dalam perdagangan global dan potensi perlambatan ekonomi.
Sebelumnya, Trump menunda penerapan tarif baru selama 90 hari, kecuali untuk China. Penundaan ini mendorong puluhan negara untuk segera mengajukan negosiasi perdagangan dengan harapan terhindar dari kebijakan tarif yang merugikan.
“Kami mungkin akan membuat banyak kesepakatan. Namun jika tidak tercapai, kami akan mengenakan tarif,” ujar Trump dalam wawancara yang dikutip media pada Kamis (24/4/2025). Ia menambahkan bahwa rincian tarif akan diumumkan dalam beberapa minggu ke depan.
Hingga saat ini, dilaporkan bahwa sekitar 90 hingga 100 negara telah mengungkapkan niatnya untuk bernegosiasi. Hal ini memberikan tekanan besar pada tim negosiasi perdagangan AS untuk bekerja cepat menyusun perjanjian baru dalam waktu terbatas.
Belum jelas negara mana saja yang akan dikenai tarif baru atau apakah kebijakan tersebut akan bersifat permanen. Yang pasti, AS saat ini masih mempertahankan tarif umum sebesar 10% untuk hampir seluruh barang impor, serta tarif tambahan untuk kategori tertentu.
Sikap Trump yang tidak konsisten terhadap tarif impor telah menciptakan ketidakpastian di kalangan pelaku usaha dan konsumen. Fluktuasi ini turut mengguncang pasar keuangan, dengan nilai indeks S&P 500 yang anjlok hingga kehilangan sekitar US$ 7 triliun sejak puncaknya pada pertengahan Februari.
Sejumlah lembaga internasional telah mengingatkan bahwa kebijakan perdagangan yang tidak stabil bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan mengubah arus perdagangan serta investasi dunia secara signifikan.