Para karyawan di DeepMind, divisi kecerdasan buatan milik Google, tengah mengambil langkah kolektif untuk menentang rencana perusahaan menjual teknologi AI ke pihak terkait militer Israel. Menurut laporan Financial Times, ratusan karyawan DeepMind bergabung dengan Communication Workers Union (CWU) dalam upaya membentuk serikat pekerja dan mengonsolidasikan perlawanan mereka.
Sebanyak 300 karyawan disebut telah bergabung dalam serikat tersebut dalam beberapa pekan terakhir. Aksi ini dipicu kekhawatiran atas kesepakatan bisnis Google yang memasok layanan cloud dan kecerdasan buatan kepada Kementerian Pertahanan Israel.
Sebelumnya, hubungan bisnis Google dengan militer Israel telah memicu gelombang protes internal. Setidaknya 28 karyawan yang terlibat dalam aksi protes dilaporkan diberhentikan, dengan alasan perusahaan tidak membenarkan aktivitas yang dianggap mengganggu lingkungan kerja.
CEO Google, Sundar Pichai, menyatakan bahwa perusahaan harus tetap berfokus pada bisnis dan menjaga kenyamanan operasional.
Namun pemutusan hubungan kerja tak berhenti di situ. Menurut Jane Chung dari kelompok aktivis 'No Tech for Apartheid', gelombang pemecatan baru terus berlanjut. Secara keseluruhan, lebih dari 50 karyawan Google kehilangan pekerjaannya akibat menyatakan sikap mendukung Palestina.
Chung juga mengungkapkan bahwa beberapa karyawan yang dipecat bahkan tidak berpartisipasi langsung dalam aksi protes. Ia menilai tindakan ini sebagai upaya Google untuk membungkam suara berbeda di internal perusahaan.
Pihak Google sendiri membenarkan bahwa pemecatan tambahan dilakukan setelah investigasi internal terkait aksi demo di kantor Google Sunnyvale dan New York City.
Demo selama delapan jam itu dilakukan untuk menuntut penghentian kerjasama Google dengan pemerintah Israel, di tengah kekhawatiran teknologi yang disuplai digunakan dalam operasi militer di Gaza.