China kembali memecahkan rekor dunia. Kali ini, melalui kereta maglev terbaru berkecepatan 600 km/jam, menjadikannya moda transportasi darat tercepat yang pernah dikembangkan secara komersial.
Jika sesuai target, kereta yang dikembangkan oleh raksasa industri China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC) ini akan mempersingkat waktu tempuh Beijing–Shanghai menjadi hanya 2,5 jam, dari sebelumnya 5,5 jam dengan kereta cepat konvensional.
Peluncuran ini menjadi bagian dari ambisi besar China membangun infrastruktur transportasi masa depan yang bukan hanya cepat, tapi juga hemat energi dan lebih ramah lingkungan.
Tidak lagi memakai roda, maglev singkatan dari magnetic levitation memanfaatkan gaya elektromagnetik untuk melayang di atas rel, menghilangkan gesekan, dan menghasilkan perjalanan yang jauh lebih halus.
Prototipe kereta supercepat ini pertama kali diperkenalkan ke publik pada 2019, namun baru belakangan ini CRRC menyelesaikan pengujian penuh kecepatannya di Qingdao.
Dengan panjang jalur rencana sekitar 1.200 km, rute Beijing–Shanghai menjadi kandidat pertama operasional komersialnya. Proyeksi peluncuran massal ditargetkan antara 2025 hingga 2030, tergantung pada kecepatan pembangunan jalur maglev yang memerlukan infrastruktur khusus dan investasi besar.
Dari sisi spesifikasi, kereta maglev 600 km/jam ini punya desain aerodinamis mirip peluru. Hidung kereta yang panjang dan ramping bukan sekadar estetika bentuk ini dirancang untuk meminimalkan hambatan udara di kecepatan tinggi.
Bagian interior juga tak kalah futuristik. Penumpang akan disambut dengan layar video raksasa, koneksi Wi-Fi cepat, hingga sistem hiburan canggih. Satu rangkaian kereta diklaim mampu mengangkut antara 500 hingga 600 penumpang.
“Ini adalah lompatan besar dalam dunia perkeretaapian,” ujar Zhang Xiaolu, analis transportasi dari Chinese Academy of Engineering Sciences. “Bukan hanya soal kecepatan, tapi juga efisiensi energi dan pengalaman penumpang yang jauh lebih mulus dari kereta cepat biasa.”
Jika sukses, China akan memperluas jaringan maglev ini ke kota-kota besar lain seperti Guangzhou, Shenzhen, hingga Chengdu, menjadikannya sistem transportasi point-to-point antarkota besar, sebagai pelengkap jaringan kereta cepat (high-speed rail) konvensional yang kini sudah membentang lebih dari 40.000 km di seluruh negeri – terpanjang di dunia.
Namun, proyek ambisius ini bukannya tanpa tantangan. Biaya pembangunan jalur maglev disebut jauh lebih mahal ketimbang rel kereta cepat biasa.
Menurut estimasi Institute for Transportation Research China, pembangunan per km jalur maglev bisa mencapai dua kali lipat lebih mahal dibanding HSR (High-Speed Rail).
Tak hanya soal biaya, pengembangan juga harus bersaing dengan moda transportasi udara. Untuk rute seperti Beijing–Shanghai, penerbangan saat ini hanya memakan waktu sekitar 2 jam.
Meski begitu, maglev punya keunggulan di aspek kenyamanan dan efisiensi. Tidak seperti pesawat yang butuh proses check-in, boarding, dan perjalanan dari/ke bandara, kereta maglev menawarkan pengalaman langsung dari pusat kota ke pusat kota dengan waktu tempuh yang hampir setara.
Dari sisi persaingan global, Jepang menjadi rival utama China dalam pengembangan maglev. L0 Series milik Jepang berhasil menembus kecepatan 603 km/jam, namun hanya dalam uji coba.
Proyek Tokyo–Nagoya yang rencananya beroperasi pada 2027 hanya menargetkan kecepatan operasional di kisaran 500 km/jam. Sementara itu, kereta cepat roda konvensional milik China, Fuxing, saat ini melaju di angka 350 km/jam, masih menjadi yang tercepat di kelas beroda.
Dengan kecepatan 600 km/jam, kereta maglev CRRC tak hanya menyalip Jepang, tetapi juga membuka babak baru transportasi darat supercepat.
Proyek ini juga menjadi bagian dari strategi nasional “Transportasi Cerdas 2035”, di mana China berambisi menggabungkan teknologi tinggi dan prinsip ramah lingkungan dalam seluruh lini sistem transportasi publiknya.
Bahkan, tak berhenti sampai di situ. Para insinyur China juga mulai meneliti pengembangan kereta hyperloop – sistem transportasi berbasis tabung vakum – dengan potensi kecepatan lebih dari 1.000 km/jam.
Meskipun masih dalam tahap riset, langkah ini menunjukkan bahwa China tak ingin sekadar mengejar dunia, tapi memimpinnya dalam revolusi transportasi.
Ke depan, pertarungan bukan lagi soal kereta tercepat, tapi siapa yang bisa mengintegrasikan teknologi canggih dengan efisiensi ekonomi dan skalabilitas. Dan China tampaknya sedang membangun jalur cepat ke arah sana.
0Komentar