Mesir kembali menggebrak peta energi dunia. Pada Juni 2025, Kementerian Perminyakan dan Sumber Daya Mineral Mesir mengumumkan temuan minyak baru di ladang Abu Sennan, Gurun Barat. Temuan ini bukan sekadar penemuan biasa—dari satu sumur saja, Mesir bisa menambah produksi harian hingga 1.400 barel minyak mentah dan 1 juta kaki kubik gas dari formasi Bahariya.
Tidak berhenti di situ, cadangan minyak yang dapat dipulihkan dari temuan ini diperkirakan mencapai 2 juta barel.
“Sumur GPR-1X saat ini tengah diuji di fasilitas produksi, dan hasil awal sangat positif,” kata Mohamed Abdel Majeed, Ketua Egyptian General Petroleum Corporation (EGPC), dikutip dari Daily News Egypt, Minggu (15/6/2025).
Penemuan ini, lanjutnya, juga membuka potensi minyak tambahan di formasi Abu Rawash G dan B, berdasarkan data logging bawah tanah yang menunjukkan anomali hidrokarbon menjanjikan.
Apa yang membuat temuan ini menarik bukan hanya besarannya, tetapi juga bagaimana proses eksplorasinya dilakukan.
Tim EGPC melalui anak usahanya General Petroleum Company (GPC), mengandalkan teknologi kecerdasan buatan (AI) buatan dalam negeri.
Teknologi ini mampu memetakan zona prospektif di wilayah yang selama ini dianggap matang dan sudah tidak potensial lagi.
"Kami memanfaatkan AI untuk mendeteksi pola-pola geologis tersembunyi yang sebelumnya terlewatkan," ujar seorang sumber internal GPC yang enggan disebutkan namanya.
Ini adalah penemuan kedua dalam tiga bulan terakhir di wilayah yang sama. Pada Maret 2025, Mesir juga mencatat penemuan serupa, memperkuat argumen bahwa Gurun Barat belum habis masa produktifnya.
Fakta ini memberi angin segar bagi Mesir yang tengah menggenjot produksi energi untuk menopang ambisinya menjadi regional energy hub, bersaing dengan negara-negara Teluk.
Dampaknya bisa luas. Tambahan produksi ini akan memperkuat cadangan nasional dan membantu menekan ketergantungan impor energi, serta memperbesar porsi ekspor ke Eropa, kawasan yang kini agresif mencari pasokan energi alternatif pasca krisis Rusia-Ukraina.
Menurut laporan Business Insider Africa, pemerintah Mesir tengah menjalankan strategi eksplorasi jangka panjang yang ambisius: US$1,2 miliar dialokasikan untuk mengebor 110 sumur eksplorasi pada tahun fiskal 2024/2025, dan US$7,2 miliar untuk 586 sumur hingga 2030.
Ini adalah bukti konkret bahwa sektor energi Mesir sedang dalam fase ekspansi agresif.
Langkah ini tentu bukan tanpa risiko. Ketergantungan pada sektor energi bisa membuat perekonomian rentan terhadap fluktuasi harga minyak global.
Namun, para pejabat tetap optimis. “Kita tidak bisa menunggu ladang baru ditemukan secara kebetulan. Dengan teknologi modern, kita bisa menantang batas yang dulu dianggap tidak mungkin,” ujar Menteri Perminyakan Mesir, Tarek El Molla, dalam konferensi energi di Kairo pekan lalu.
Sebagai pembanding, ladang gas Zohr di Mediterania, yang ditemukan pada 2015, masih menjadi salah satu kartu as utama Mesir.
Ladang ini diperkirakan menyimpan hingga 30 triliun kaki kubik gas dan telah mengubah lanskap energi nasional secara signifikan.
Temuan baru di Gurun Barat, meski tidak sebesar Zohr, tetap menunjukkan tren yang sama: potensi energi Mesir belum habis.
Ke depan, para analis memperkirakan bahwa penemuan semacam ini akan semakin sering terjadi jika investasi dan adopsi teknologi terus berlanjut.
Dalam kondisi geopolitik yang terus berubah, Mesir berpotensi menjadi pemasok stabil di tengah ketidakpastian global.
“Jika Mesir terus menemukan dan mengembangkan ladang seperti ini, kita akan melihat poros energi dunia bergeser sedikit lebih ke barat dari Teluk,” ujar Dr. Nadia El Said, analis energi senior dari Cairo Energy Institute.
Dengan investasi jumbo, pemanfaatan AI, dan temuan-temuan baru yang terus bermunculan, pertanyaan besar kini bergeser dari “apakah mungkin?” menjadi “kapan Mesir jadi pemain utama energi dunia?”
0Komentar