Chip AI Jadi Senjata Strategis China di Tengah Perang Dagang dengan AS

.

Chip AI Jadi Senjata China untuk Melawan AS. (FOTO/ LOWY INSTITUTE)

Amerika Serikat resmi memberlakukan tarif impor baru untuk sejumlah barang, termasuk elektronik dan otomotif. Langkah ini memicu reaksi keras dari China, yang saat ini merupakan salah satu produsen chip semikonduktor terbesar di dunia. Sebagai respons, China tidak tinggal diam. Perusahaan teknologi dan kecerdasan buatannya bergerak cepat untuk memperkuat kemandirian industri chip dalam negeri.

Salah satu langkah strategis datang dari HKUST Xunfei, perusahaan AI asal China, yang mengumumkan kemitraan dengan raksasa teknologi Huawei. Kolaborasi ini bertujuan mengatasi krisis chip dengan mengembangkan solusi lokal. 

Pendiri HKUST Xunfei, Liu Qingfeng, menyatakan bahwa Huawei telah berhasil menciptakan GPU AI yang setara dengan Nvidia A100, salah satu chip AI paling canggih saat ini. Perangkat keras ini disebut-sebut mampu menjalankan model bahasa besar (LLM) seperti GPT-3 dan GPT-4 dengan performa tinggi.

Meski spesifikasi teknis belum dipublikasikan, klaim tersebut menandakan potensi besar bagi kemandirian teknologi AI China. Jika GPU ini terbukti mampu memenuhi ekspektasi, pasar domestik diperkirakan akan semakin beralih ke produk buatan dalam negeri.

Tak hanya itu, HKUST Xunfei juga berencana meluncurkan model LLM serbaguna pada Oktober mendatang. Model ini akan hadir dalam versi bahasa Mandarin dan Inggris, dan ditargetkan mampu bersaing dengan ChatGPT. Liu mengakui bahwa kemampuan awalnya mungkin belum setara dengan GPT-4, namun pihaknya optimistis dapat mencapainya pada paruh pertama 2024.

Kemitraan Huawei dan iFlytek juga menjadi bagian dari strategi besar dalam membangun ekosistem AI nasional. Keduanya berkolaborasi dalam proyek mesin AI serbaguna untuk pasar massal, sebagai bagian dari aliansi industri China Mobile Metaverse, yang juga melibatkan berbagai merek ternama lainnya.

Sementara itu, Iran juga menunjukkan perkembangan signifikan dalam industri chip. Meski dibayangi sanksi ekonomi dari AS dan sekutunya, negara tersebut telah mengembangkan industri semikonduktornya selama beberapa dekade. 

Pada 2023, Iran berhasil memproduksi chip 32-bit untuk komputer dan 16-bit untuk ponsel pintar. Produksi chip 64-bit pun tengah dikembangkan. Langkah ini dianggap penting untuk mengurangi ketergantungan pada impor teknologi, sekaligus membuka lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.




Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama